Dalam sejarah Islam jika dipelajari dan difahami saat kejatuhan ummat sesudah Khulafaurrasyidin, perpecahan di zaman 'Ustman ini adalah akibat masuknya anasir-anasir asing yaitu perbuatan dari bangsa Yahudi. Kemudian datang zaman Khawarij setelah terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib, berpindah kepada zaman Umaiyah, yaitu dari memilih pemimpin berdasarkan kompetensi dengan musyawarah, kembali kepada system raja-raja (KKN), tidak dilaksanakan lagi sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah sesuai dengan ayat tersebut di atas.
Zaman pemerintahan Mu'awiyah merubah system musyawarah kepada system monarchi mengulang adat lama yang merupakan pusaka usang, bahkan sampai disuapnya para stafnya, dengan permintaan apabila dia mati, anaknya harus diangkat menjadi raja. Disinilah awal perubahan dan kehancuran ummat. Mu'awiyah mewariskan system yang tidak baik, karena sebelumnya memang ada niat untuk menjadi orang besar yang tumbuh dalam diri Mua'awiyah, yaitu Abu Sofyan. Namun demikian dalam dinasti Umaiyah ada meninggalkan kepada ummat Islam satu "Intan Berlian", yang tidak ada duanya didunia pada zaman itu. "Intan Berlian" itu terletak dalam diri Umar Bin Abdul Aziz.
Ulama yang hadir, seluruhnya berbicara dengan perasaan penuh pengertian, mereka berkata:
"Kita dibawa kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah Saw. Dengan segera berlangsunglah musyawarah, tetapi tidak ada orang yang pantas untuk dipilih, kecuali hanya Umar bin Abdul Aziz. Musyawarah telah menetapkan beliau untuk menjadi Khalifah (orang nomor 1). Maka ketika dia menerima jabatan Khalifah itu, badannya gemetar seakan-akan merupakan orang yang sedang memikul beban yang berat, tidak ada perasaan gembira sedikitpun di wajahnya pada saat dia naik ke atas mimbar untuk kedua kalinya.
Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata: "Kemalanganku sebagai orang lemah adalah diserahi amanah sebagai beban yang berat, tetapi saya tidak sanggup menolak lagi, karena saudara-saudara telah menjalankan perintah Ilahi. Kalau saya tolak, berarti saya telah melawan perintah Ilahi dan Sunnah Rasulullah, sekarang amanah ini saya terima dengan ikhlas".
Kemudian dia sampaikan seruan dan perintah: "Supaya saudara-saudara ingat, tidak ada sandaran hidup, kecuali hanyalah taqwa"!.
Tiga kali dia berulang-ulang berbicara dalam kata yang agak panjang tapi isinya hanya taqwa, lain tidak ada!. Kemudian dia turun dari mimbar dan para musyawirin langsung bubar.
Di depan mesjid dia ditunggu oleh "Kereta Kerajaan" bersama saisnya. Khalifah dipersilahkan naik oleh sais kereta tsb. Umar bin Abdul aziz bertanya: Kereta apa ini?. Oleh para penjilat dikatakan : "Inilah kereta kebesaran Kerajaan". Kereta ini membawa setiap Raja yang baru diangkat, dan dibawa dengan kereta ini ke Istana.
Kata Khalifah: "Pulanglah ke Istana, saya akan berjalan kaki bersama orang banyak"!. Para penjilat mati kutu. Di tengah perjalanan, dia menjadi perhatian rakyat dengan penuh tanda tanya, tetapi mereka jawab sendiri.
Tak ada kebesaran yang ditonjolkan, cintanya adalah cinta kepada ummat, bukanlah cinta kepada kebesaran. Inilah perasaan yang tumbuh didalam hati rakyat. Setelah tiba di istana, dia memerintahkan menjual perabot Istana, yang tidak bermanfaat. Uang hasil penjualan itu dimasukkannya ke Baitul Mal, setelah itu, Khalifah termenung dan berfikir, tiba-tiba anaknya datang, dan anaknya bertanya: ”Kenapa ayah termenung?”.
Jawabnya: ”Ayah memikirkan tugas yang akan dijalankan”.
Anak : ”Apa Ayah masih sempat berfikir?”
Khalifah : "Itulah tumpukan harta yang diambil dengan cara sewenang-wenang oleh Raja yang lalu, apakah itu bukan tugas yang wajib Ayah lakukan?. Mari wahai anakku!”
Diciumnya kening anaknya, kemudian anaknya diperintah agar memanggil orang-orang yang telah teraniaya di zaman Raja yang lalu. Ayahnya sendiri mendapat bagian tanah dari rampasan tanah rakyat yang diterima dari Raja yang telah meninggal itu. Tanah itu dikembalikan kepada yang berhak, dia mohon dimaafkan dari hasil tanah tsb. yang telah termakan oleh keluarganya. Si pemilik tanahpun memaafkannya. Liontin yang sedang dipakai oleh istrinya, diperintahkan supaya dibuka untuk disimpan di Baitul Mal. Itulah kekuatan yang tumbuh ke bawah, yang merupakan pancaran kebaikan seorang Khalifah yang memimpin dengan jujur dan adil, dan dalam Kekhalifahan Umar bin Abdul Azis yang sangat singkat karena hanya 2 tahun telah mengalami zaman keemasan, rakyat merasakan keadilan, bebas mengeluarkan pendapat, makmur, gemah ripah, bebas dari kemiskinan.
Inilah rahasia pemimpin! Diantara segala rahasia seorang pemimpin yang baik itu, terletak dibadannya dan terpancar diwajahnya. Oleh karena itu siapa saja yang diserahi sebagai pemimpin, terlebih dahulu wajib menyelesaikan persoalan dalam dirinya, memperbaiki sikap hidupnya, dan segera memperbaiki dirinya.
No comments:
Post a Comment