Monday, December 19, 2005

Kepulauan Riau, Bumi Segantang Lada

Pulau Bintan atau Bintan Island, terletak di selatan - tenggara Singapore dan di timur Pulau Batam adalah sebuah pulau terbesar kedua setelah Pulau Natuna di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) -- sebuah provinsi yang dimekarkan dari Provinsi Riau yang baru saja dibentuk pada 24 September 2004. Kota terbesar di pulau ini adalah Tanjung Pinang (sekaligus sebagai ibukota Provinsi Kepri dan kota ini pernah menjadi ibukota pertama Provinsi Riau sebelum pindah ke Pekanbaru), yang terletak persis di sebuah di pantai barat Pulau Bintan menghadap ke Pulau Penyengat.

Apa yang menarik dan unik dengan Kepulauan Riau?

Kondisi geografis Kepri bisa dikatakan unik. Luas seluruh wilayah sedikitnya mencapai 101.000 kilometer persegi. Dalam wilayah itu terdapat 513 buah pulau besar dan kecil. Pulau yang dihuni baru 135 buah. Seluruh pulau tersebar di perairan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan. Untuk menghitung pulau sebanyak itu, konon diperlukan lada sebanyak segantang. Karena itulah Kepri mendapat julukan "bumi segantang lada".

Luas lautan Kepri sekitar 95 persen dari seluruh luas wilayah. Berarti daerah ini memiliki potensi kekayaan laut sebagai aset yang dapat diandalkan. Namun sayangnya, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Dari lapangan usaha pertanian-yang di dalamnya termasuk usaha di bidang perikanan-kontribusi yang diberikan pada seluruh kegiatan ekonomi kabupaten pada tahun 2000 hanya 7,95% atau Rp 141,6 milyar. Jika dibandingkan dengan kontribusi dari delapan kegiatan usaha lain, bidang usaha ini menempati posisi kelima.

Di samping perikanan, agrobisnis juga memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi investasi yang menguntungkan. Di Kabupaten Lingga, misalnya, tersedia lahan 2.000 hektar untuk peternakan sapi. Selain itu juga tersedia 2.000 hektar untuk pengembangan buah-buahan dan 20 hektar untuk sayur-sayuran.

Kepri termasuk wilayah yang kaya akan sumber daya tambang. Dalam perut buminya, tersimpan bauksit dan granit. Hasil penambangan bauksit yang dilakukan oleh PT Aneka Tambang, diekspor sekitar 1,3 ton dengan nilai 13,7 juta dollar AS. Dulu, PT Timah Tbk menambang timah di Kecamatan Singkep. Kerpi juga memberikan andil terbesar bagi reklamasi pantai Singapore dengan ekspor pasir darat dan pasir lautnya. Sama seperti perikanan, potensi pertambangan yang ada belum termanfaatkan. Secara keseluruhan usaha pertambangan dan penggalian, khususnya penggalian pasir darat yang dikelola oleh 35 perusahaan, menghasilkan sekitar Rp 192 milyar.

Penggerak roda ekonomi Kabupaten Kepri adalah usaha di bidang industri pengolahan. Kegiatan usaha ini menghasilkan sedikitnya Rp 460 milyar. Nilai yang diperoleh ini memberikan sumbangan tidak kurang dari 25,8 persen bagi seluruh kegiatan ekonomi di tahun 2000 yang berjumlah sekitar Rp 1,8 trilyun.

Kawasan Industri Lobam di Pulau Bintan telah menyerap 34 unit usaha dengan 11.000 tenaga kerja. Di pulau seluas 2.185,6 kilometer persegi telah dicadangkan lahan industri seluas 4.000 hektar. Meskipun lahan yang telah dibebaskan 96,2 persen, namun baru 300 hektar yang dimanfaatkan untuk 18 industri elektronik, 14 industri garmen, dan dua aneka industri. Kawasan Industri Lobam merupakan salah satu wujud dari kerja sama ekonomi terpadu Sijori (Singapura, Johor dan Riau) yang dijalin antara Indonesia (Riau) dengan negara tetangga, yakni Singapura dan Malaysia (Johor).

Sampai tahun 2000, di Kabupaten Kepri terdapat 67 perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri dengan nilai investasi (yang ditanam) sekitar Rp 4,9 trilyun. Bidang usaha perusahaan ini antara lain industi pengolahan hasil perkebunan karet, industri konveksi, dan industri bunga imitasi. Seluruh perusahaan ini menyerap 59.716 tenaga kerja negeri sendiri dan 311 tenaga kerja asing.

Sementara dari 93 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) diper
oleh investasi 2,3 juta dollar AS. Perusahaan PMA itu antara lain bergerak di bidang usaha industri kayu dan plywood, industri pakaian jadi, industri komponen elektronik, serta industri barang dari semen untuk konstruksi. Sebanyak 37.000 pekerja dalam negeri dan sekitar 1.000 tenaga kerja asing terserap dalam perusahaan ini.

Selain kerja sama mengelola Kawasan Industri Lobam tersebut, bentuk kerja sama yang lain adalah mengelola Kawasan Pariwisata Terpadu di Bintan Utara. daerah wisata itu dikenal dengan nama Kawasan Wisata Lagoi dengan luas areal 23.000 hektar. Dari sekitar 87 persen lahan yang telah siap dimanfaatkan, saat ini pada lahan seluas 3.000 hektar berdiri tujuh hotel bertaraf internasional, berikut empat lapangan golf. Dua lapangan golf memiliki 36 hole, sisanya 18 hole. Seluruh lapangan golf di tempat ini merupakan hasil rancangan bintang golf dunia, antara lain Jack Nicklaus.

Lagoi yang diresmikan 18 Juni 1996 oleh Presiden Soeharto bersama dengan PM Singapura Goh Chok Tong, diklaim mampu menjaring 40.000 wisatawan mancanegara setiap bulan. Terbanyak dari Singapura. Dengan menggunakan feri, jarak 45 kilometer yang memisahkan kedua daerah ini dapat ditempuh dalam waktu 45 menit.

Pesona lapangan golf dan keindahan pasir putih pantai Lagoi yang mengundang wisatawan mancanegara memberikan tambahan pendapatan bagi kas Kepri sedikitnya Rp 24 milyar setahun. Sayangnya lokasi wisata ini hanya ditujukan bagi kalangan berduit. Biaya wisata semuanya bertarif dollar, baik dollar Singapura maupun dollar AS. Tarif itu tentu tidak terjangkau oleh penduduk Pulau Bintan sendiri. Alhasil, penduduk Bintan bagaikan orang asing di rumah sendiri. Mereka tidak bisa menikmati keindahan alam berupa bentangan pasir putih di sepanjang pantai yang menghadap ke Laut Cina Selatan itu. (Sumber: Kompas Cyber Media, 2002).

Monday, December 05, 2005

Mungkinkah Kembali Kejayaan Pulau Penyengat?


SAAT menjadi pembicara dalam seminar bertema Mencari Format Pengembangan Seni Budaya Kepulauan Riau dalam rangkaian acara Bintan Festival Art di Tanjung Pinang, akhir bulan lalu, Penjabat Gubernur (waktu itu) Kepulauan Riau Ismeth Abdullah (sekarang gubernur terpilih) menjanjikan untuk menghidupkan kembali Pulau Penyengat.

Dia juga berjanji menyerahkan pengelolaan pulau itu kepada otorita khusus agar pengembangannya bisa lebih optimal. Semula, pulau itu masuk dalam wilayah administratif Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.

"Pulau Penyengat harus menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Melayu, bahkan seharusnya bisa menjadi warisan dunia. Karenanya, kita harus menghidupkan kembali jejak-jejak kebesaran yang masih ada di pulau tersebut. Untuk mengoptimalkan pengelolaannya, kami akan membuat badan otorita khusus di pulau itu," katanya.

Menurut Ismeth, upaya menghidupkan kembali khazanah pendidikan dan budaya di Pulau Penyengat merupakan gerbang awal untuk mengembangkan kebudayaan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang baru terbentuk awal tahun ini.

Sebelumnya, Ismeth Abdullah mengatakan, Pemerintah Provinsi Kepri berencana memugar bangunan-bangunan tua peninggalan Kerajaan Melayu Riau-Lingga abad XVIII sebagai khazanah kebudayaan Melayu kuno yang terwariskan. "Pulau Penyengat bisa dijadikan daya tarik obyek wisata bagi dunia luar hingga bisa menjadi pemasok pendapatan asli daerah," kata Ismeth Abdullah.

JANJI-janji Ismeth itu seakan menghidupkan kembali harapan masyarakat Melayu terhadap kebangkitan Pulau Penyengat. Namun, akankah kejayaan itu bisa kembali lagi ke Pulau Penyengat?

"Kadang, kami bertanya, adakah kemerdekaan ini bisa membawa kejayaan budaya kita lagi? Pulau Penyengat telanjur memiliki sejarah besar, tetapi kami malu jika hanya menyandang nama besar saja. Semoga upaya pemerintah yang baru untuk mengembangkan pulau ini bukan sekadar janji-janji semu," kata Raja Malik, salah seorang keturunan Raja Ali Haji.

Ketua Dewan Kesenian Provinsi Kepulauan Riau Hoesnizar Hood berharap, pengelolaan Pulau Penyengat ke depan tidak terfokus pada kegiatan wisata saja. "Eksplorasi kawasan secara berlebihan untuk kepentingan wisata biasanya merusak karakter yang ada. Sebaiknya, Pulau Penyengat bisa dikembangkan menjadi pusat pendidikan dan budaya dengan mendirikan sekolah-sekolah di sana," katanya.

"Jejak-jejak bangunan fisik di Pulau Penyengat sebagian besar telah musnah. Memang perlu juga merekonstruksi lagi jejak-jejak itu sebagai sebuah penanda. Tetapi, yang lebih penting lagi adalah bagaimana menghidupkan kembali kehidupan intelektual di sana, karena itulah yang menjadi kunci kebesaran pulau itu."

Menurut Sutardji Calzoum Bachri, sastrawan asal Kepulauan Riau, pintu gerbang untuk mengembalikan kejayaan kebudayaan Melayu adalah melalui pendidikan seni dan budaya. "Harus ada regenerasi, dan itu hanya bisa dilakukan melalui pendidikan. Siswa-siswa sekolah tidak harus lulus, tetapi saya yakin kalau siswa diberi pendidikan seni tradisi yang ketat, mereka pasti memberontak. Dan pemberontakan itu menjadi gerbang proses kreativitas mereka," katanya.

Sutardji juga mengatakan, pendidikan akan mendorong terbentuknya apresiator terhadap karya-karya seni. Kesenian tanpa apresiator akan sia-sia saja. Pendidikan akan menumbuhkan komunitas yang sadar dengan nilai seni dan budaya. (Kompas, 7 Januari 2005)

Saturday, December 03, 2005

Bahaya Daging Babi

Bob: Yunus, Tolong beritahu saya, mengapa seorang Muslim sangat mementingkan kata "Halal" dan "Haram"; apa arti dari kata-kata tersebut?

Yunus: Begini, sobatku Bob! Apa-apa yang diperbolehkan diistilahkan sebagai "Halal", dan apa-apa yang tak diperbolehkan diistilahkan sebagai "Haram", dan Al-Qur'an lah yang menggambarkan perbedaan antara keduanya.!

Bob: Dapatkah anda memberikan contoh, Yunus?

Yunus: Ya, Islam telah melarang segala macam darah. Anda akan sependapat bahwa analisis kimia dari darah menunjukkan adanya kandungan yang tinggi dari uric acid (asam urat), suatu senyawa kimia yang bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.

Bob: Anda benar mengenai sifat beracun dari uric acid, dalam tubuh manusia, senyawa ini dikeluarkan sebagai kotoran, dan dalam kenyataannya kita diberitahu bahwa 98% dari uric acid dalam tubuh, dikeluarkan dari dalam darah oleh ginjal, dan dibuang keluar tubuh melalui air seni.

Yunus: Sekarang saya rasa anda akan menghargai metode prosedur khusus dalam penyembelihan hewan dalam Islam.

Bob: Apa maksud anda?

Yunus: Begini...! Seorang penyembelih, selagi menyebut nama Allah Yang Maha Kuasa, Tiada Tuhan selain Allah, membuat irisan memotong urat nadi leher hewan, sembari membiarkan urat-urat dan organ-organ lainnya utuh.

Bob: Oh begitu... Dan hal ini menyebabkan kematian hewan karena kehabisan darah dari tubuh, bukannya karena cedera pada organ vitalnya?

Yunus: Ya! Sebab jika organ-organ, misalnya jantung, hati, atau otak dirusak, hewan tersebut dapat meninggal seketika dan darahnya akan menggumpal dalam urat-uratnya dan akhirnya mencemari daging. Hal tersebut mengakibatkan daging hewan akan tercemar oleh uric acid, sehingga menjadikannya beracun; hanya pada masa kini lah, para ahli makanan baru menyadari akan hal ini.

Bob: Selanjutnya, selagi masih dalam topik makanan; Mengapa para Muslim melarang pengkonsumsian daging babi, atau ham, atau makanan lainnya yang terkait dengan babi? Lebih lanjut lagi, apakah anda tahu kalau babi tidak dapat disembelih di leher karena mereka tidak memiliki leher; sesuai dengan anatomi alamiahnya, begitukah?

Yunus: Muslim beranggapan kalau babi memang harus disembelih dan layak bagi konsumsi manusia, tentu Sang Pencipta akan merancang hewan ini dengan memiliki leher.

Bob: Namun terlepas dari itu semua, saya yakin anda tahu betul mengenai efek-efek berbahaya dari komsumsi babi, dalam bentuk apapun, baik itu pork chops, ham, atau bacon?

Yunus: Ya! Ilmu kedokteran mengetahui bahwa ada resiko besar atas banyak macam penyakit. Babi diketahui sebagai inang dari banyak macam parasit dan penyakit berbahaya. Dan disamping itu, sebagaimana kita membicarakan mengenai kandungan uric acid dalam darah, sangat penting untuk diperhatikan bahwa sistem biochemistry babi mengeluarkan hanya 2% dari seluruh kandungan uric acid-nya, sedangkan 98% sisanya tersimpan dalam tubuhnya.